“Mau nonton orkestra nggak?” tanya neng Buds di tengah obrolan pasca sesi curcol berbalut latihan olah vokal. Orkestra beneran? Musik klasik? Kayak di Nodame Cantabile? Tanpa berpikir limabelas kalipun saya berseru “Mauuuuu!!”. Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri, di Jakarta rupanya ada konser musik klasik yang digelar setiap bulan di Aula Simfonia Jakarta. Dengan bantuan Juliarta yang sudah biasa menonton sebelumnya, kami memesan tiket kelas tengahan yang cukup nyaman tapi dengan harga yang masih terjangkau. Range harga tiket pertunjukan di Aula Simfonia Jakarta sangat beragam. Mulai dari Rp.50.000 (untuk siswa) hingga Rp.1.000.000. Setelah tiket terpesan, kami tinggal datang pada hari H disarankan satu jam sebelum pertunjukan telah tiba di lokasi.
Pukul setengah lima kami sampai di Aula Simfonia. Tinggal menuju loket untuk mengambil tiket dengan menunjukkan bukti transfer pembayaran. Jika sebelum berangkat saya sempat bingung harus pakai baju apa karena di dresscode disebutkan “long dress atau batik” dan disarankan untuk berdandan resmi seperti hendak menghadiri resepsi, yang saya temukan di aula ruang tunggu sangat beragam. Banyak penonton yang tampil resmi sesuai dresscode (pria: mengenakan suit atau batik, dan wanita ber-longdress atau batik juga), tapi tak sedikit pula yang berdandan lebih casual seperti layaknya pergi ke mall. Meski tentunya yang ini tidak saya sarankan. Aturan berpakaian kan dibuat untuk menghormati acaranya juga.
Pukul lima sore, penonton dipersilakan masuk ke concert hall yang sumpah bagus banget! Berasa lagi di eropa padahal saya belum pernah ke sana). Di tengah jalur menuju tempat duduk, kami dibekali booklet acara yang membuat penikmat pemula seperti saya merasa tidak terlalu tersesat dalam pertunjukan. Kemudian pertunjukan dimulai dengan pengantar dari Dr.Stephen Tong dan permainan piano Gloria Teo yang membuat saya terkesima. For whatever’s sake she’s only 18 and so talented as if she blends into the music she played. Setelahnya, saya hanyut. Amazed. Speechless.
Di tengah durasi dua jam, tersedia break 15 menit yang saya gunakan bergegas ke musholla yang berada di basement. Rupanya bukan hanya saya dan neng Buds yang bermaksud serupa. Kamipun sholat maghrib berjama’ah dengan beberapa orang yang saya kenali sebagai pemain orkestra. Keren! 15 menit yang singkat namun cukup untuk kami kembali ke concert hall dan menikmati sesi kedua tanpa terlambat dan kembali tenggelam dalam alunan musik indah hingga saatnya kami berdiri dari tempat duduk untuk memberikan standing ovation pada para musisi di akhir acara.
Beberapa catatan saya kalau lain kali mau nonton orkestra lagi:
- Dress accordingly. Nggak perlu heboh banget, tapi juga jangan terlalu santai lah.. Dandan ala kondangan saya rasa sudah cukup pantas dan tidak mengganggu pemandangan.
- Hadir minimal setengah jam sebelum pertunjukan dimulai. Jeda waktu ini dapat dimanfaatkan untuk ke toilet, makan makanan ringan atau minum secukupnya. Karena begitu kita masuk di concert hall, jangan harap untuk keluar masuk ruangan atau ngemil popcorn macam di bioskop. Ini juga terkait jeda 15 menit di tengah acara yang hanya cukup untuk satu aktifitas. Bagi muslim yang menjalankan sholat maghrib, sudah tentu waktu habis untuk sholat saja. Maka keperluan ke toilet harus dilaksanakan sebelum acara.
- Duduk tenang. Akustik gedung sudah dirancang untuk memantulkan suara dengan sempurna. Setiap dehem, krusek-krusek, apalagi obrolan akan sangat mengganggu konsentrasi pemain dan penonton lain. Just sit back, relax, and enjoy the music.
- Tepuk tangan hanya dilakukan setiap selesai satu lagu. Standing ovation dilakukan di akhir konser. Remember, this is classical music, not rock concert.
Bulan depan nonton lagi yuk..
Mei 31st, 2013 at 11:54 am
Nodame-nya yang mana? Yang baju putih bukan?
Juni 7th, 2013 at 12:48 pm
yang itu mah cuma bisa bikin berisik di tuts piano
Mei 31st, 2013 at 12:42 pm
concert hall yang keren… kalo ada balkon khusus buat nonton udah berasa ratu deh ah
Juni 7th, 2013 at 12:49 pm
ga pake balkon khusus aja udah berasa tuan nyonyah di eropah #halah
Mei 31st, 2013 at 1:53 pm
cuma bisa ngebayangin nonton konser musik klasik….
maklum biasa jogetan di konser dangdut.. =))
Mei 31st, 2013 at 3:21 pm
jadi pengen nyoba ke aula simfonia ini. terakhir kali ikutan pertunjukan musik ya di GKJ itu.. dan itu pun bagus banget..
Mei 31st, 2013 at 7:12 pm
Phaaaa… jadi ingat pengalaman pertamaku Ananda Sukarlan’s mini concert di Makassar! Dan sukses buat ketagihan! 2 tahun berturut2 aku nonton. Tapi dah 2 tahun nggak (atau 3 ya? Lupa). Goosebumps! Tapi sayang, masih ada aja yang berisik nggak jelas!
Juni 7th, 2013 at 12:46 pm
memang etika penonton sangat mempengaruhi mood dan kenikmatan pengalaman pertunjukan. kemaren ada yang hapenya jatuh aja kemlotak-nya terdengar ke seluruh penjuru ruangan.
Juni 8th, 2013 at 8:25 pm
tp ini parah bu, secara yg datang nonton tuh keluarga dari anak-anak yang kursus piano. Mereka aja nggak ber-etiket, apalagi orang awam! 😓
Juni 2nd, 2013 at 8:35 pm
Tiketnya 50.000 untuk siswa? Mahasiswa segitu juga nggak? *nyodorinkartumahasiwa 🙂
Juni 7th, 2013 at 12:45 pm
harga mahasiswa 100ribu. tapi maksimal 21 tahun. masih bisa kan mbak? 😀
Agustus 5th, 2019 at 4:55 pm
Mbak, kalo yg mesen tiket mahasiswa, pas masuk gedung konsernya yg harus ditunjukin apa aja ya?
Maret 11th, 2021 at 12:11 pm
kartu mahasiswa
Juni 3rd, 2013 at 3:03 am
Oelphaaa.. Bulan depan ane ikutan nonton trus pengen sholat bareng ente, berjamaah gituh 🙂
Juni 8th, 2013 at 1:08 am
so I just know that there’s classical resital in JKT! terakhir liat permainan musik klasik cuman di iklan piano Yamaha di youtube, sama beberapa tahun silam pas lihat 3 dewi muri memainkan aransemen ‘Fantasie Impromptu Op.66’ secara sempurna! 😀
Juli 2nd, 2013 at 6:50 pm
mantap nih berasa di eropah saja….tepatnya lokasinya dimana itu
Juli 11th, 2013 at 3:01 pm
wow .. aku yg pencinta musik klassik blom pernah nonton konsernya langsung walau banyak ada di sini, seru ya kalau bia hadir langsung bgt 🙂
Maret 5th, 2016 at 9:03 pm
Wuaah .. yok lah yok kk .. nonton lg … 😣
Maret 3rd, 2021 at 8:18 am
Blog yang menarik, mengingatkan saya akan ucapan Maria Callas: “Setelah setiap pertunjukkan saya akan berpikir tentang hal-hal yang dapat dilakukan lebih baik, untuk membuatnya lebih baik di pertunjukkan selanjutnya dan bagaimana membuatnya berbeda. Saya tidak pernah puas dengan pertunjukkan saya dan selalu berusaha lebih baik di lain kali.”
Saya mencoba menulis blog tentang Maria Callas, semoga anda juga suka: http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/11/wawancara-dengan-maria.html