Suatu Ketika Seharian Demam Korea

Demam ko-Korea-an yang melanda hampir seluruh penjuru negeri (atau bahkan dunia) membuat saya jengah. Apaan sih pada segitunya? Jadilah selama ini saya enggan untuk turut serta nonton berbagai drama atau apapun bentuknya dari negara Ginseng itu. Saya bahkan nggak ngerti di mana gantengnya artis-artis cowo sana yang dielu-elukan oleh sebagian teman-teman perempuan saya. Menurut saya wajah mereka sama semua. Susah bedain satu dengan lainnya. Begitu juga ketika saya ditawari pinjaman eksternal hard disk teman pengoleksi segala bentuk drama Korea. Berbekal iseng dan penasaran apa yang menyebabkan temen-temen saya itu sampai demam sedemikian rupa, sayapun memilih salah satu folder dengan judul yang sering mereka bicarakan.

Judulnya Lie to Me. Sama seperti judul serial hollywood yang pernah saya ikuti. Tapi Lie To Me yang serial drama Korea ini bukan cerita kriminal, melainkan drama percintaan ala cinderella seperti pada umumnya. Biasalah.. cewe (cantik tentunya) dari keluarga biasa yang clumsy dan ceria, bertemu cowo strict ganteng kaya raya dan konflik-konflik yang timbul atas berbagai perbedaan antara keduanya. Quite sinetron-y.

Herannya, saya cukup betah mantengin dari pagi hingga pagi keesokan hari kemudian, dengan disela kegiatan-kegiatan dasar seperti mandi, sholat dan tidur (ketiduran ding tepatnya). Makan dan minum saya lakukan sambil menonton. Mungkin karena adanya kesamaan pekerjaan dengan tokoh utama wanita, Gong Ah-jung (diperankan oleh Yoon Eun-hye), yang juga PNS Kementerian, sehingga jenis-jenis pekerjaan yang dilakukannya bikin saya ber-“oooh PNS Kementerian di Korea juga kayak gitu toh kerjaannya”. Meski di sisi lain saya juga heran kok bisa-bisanya dia ngantor pake kaos, celana pendek, bahkan sepatu sandal casual ketika berhadapan dengan Menteri. Udah gitu gampang banget dia minta pindah ke Jeju Island setelah dikembalikan bertugas. Kalau di sini mah pasti udah dipelototin orang Kepegawaian dibilang riwil kagak tau diri.

Trus tokoh utama cowo, Hyun Ki-jun (diperankan oleh Kang Ji-hwan), meski posisinya Presiden suatu perusahaan besar yang mempengaruhi perekonomian Korea, gampang aja gitu kabur ke sana kemari buat ngikutin cewenya. Itu bukan apa-apa sih sebenernya, ya namanya juga bos besar, mungkin bebas buat dia mo ngapain juga. Tapi saya sungguh kagum betapa cowo yang digambarkan se-manly itu bisa mengenakan bros bunga warna-warni bersama dengan setelan suit yang merupakan kostum kerja hariannya. Seakan tak cukup dengan bros bunga centil, pas ke Jeju Island juga dia pake tas ransel cantik loh.. Cantik beneran, saya aja mau tas itu.

lie to me

Di sisi lain, saya terkagum dengan betapa smooth serial ini digunakan untuk promosi wisata dan budaya Korea. Mulai dari sejarah, food street, kebiasaan sosial masyarakat, dan tentunya keindahan spot-spot wisata diselipkan dalam cerita sehingga penonton dapat mengenal dan turut belajar dengan suka cita. Andai saja Kementerian Pariwisata di Indonesia juga dapat melakukan hal serupa. Dibandingkan baliho atau video yang menayangkan pejabat entahlah yang bikin liat aja ogah, promosi pariwisata melalui film dan serial seperti ini jauh lebih menyentuh hati dan menumbuhkan keinginan untuk mengunjungi dan mengalami.

Ada yang punya rekomendasi serial Korea lain yang menarik untuk diikuti?


9 responses to “Suatu Ketika Seharian Demam Korea

Tinggalkan komentar