What Goes Around, Comes Around

“No Answer”

Untuk ketiga kalinya berturut-turut, dua kata itu muncul di layar ponsel. Aku hanya bisa memandangnya sambil menghela nafas. Mau kamu apa sih?? Aku bertanya-tanya dengan kesal.

Sudah berminggu-minggu dia menghilang. Tak ada kabar, tak juga menyambut uluran komunikasi. Sms-sms tak dibalas, telfon tak diangkat. Semula aku masih bisa berbaik sangka menghibur diri sendiri. Mungkin dia sedang sibuk, atau sedang menyetir, pikirku. Ketika aku tak bisa menghubunginya di malam hari, bisa saja dia sudah tidur. Dasar bayi, batinku. Jam tidurnya memang lebih awal dari jam tidurku.

Tapi itu dulu. Semakin hari, keadaan tak berubah. Aku mulai berpikir lain. Mungkinkah dia marah?? Adakah aku berlaku salah??

Pertanyaan-pertanyaan berkelebat di benakku. Berbagai teori dan dugaan muncul. Mulai dari yang paling simpel dan logis seperti “dia sedang tidak mood”, mengkhawatirkannya sakit parah, sampai yang paling tak masuk akal semacam “diculik alien dan dibawa ke planet mars”. Namun tak satupun menjawab kegundahan ini.

Akupun mulai menyerah. Berhenti mencoba. Berhenti berharap. Menyadari buaian harapan hanya akan menghempaskan diri ke jurang terdalam. Lagipula hati ini sudah terlalu letih tertatih.

Hanya ketika rindu menyesak, seperti sekarang, kucari lagi namanya di phonebook. Nama unik dalam bahasa jawa yang selalu membuatku tersenyum. Nama yang indah. Hanya saja kali ini, segores perih tertoreh di hati. Putus asa.

  “Sudahlah… Untuk apa kamu terus-terusan menunggunya?? Toh kalian juga sudah sama-sama tahu, kalau hubungan itu tidak akan kemana-mana”, seorang teman mengingatkan.

Ya.. memang benar. Akupun cukup sadar bahwa jurang itu terlalu lebar. Tak satupun dari kami akan sudi menyeberanginya demi sesuatu yang tak pasti. Terlalu banyak yang harus dipertaruhkan, dan untuk manusia-manusia rasional seperti kami, itu tak sepadan.

Mungkin itu juga alasannya menghilang seperti ini. Aku mengerti.

  “Aku cuma tidak ingin berakhir begini”, jawabku muram.

  “Trus mau kamu gimana?”, kejarnya. Aku terdiam. Mencoba mencari tahu jawaban.

  “Yah… setidaknya ada pembicaraan tentang ini” sahutku bimbang.

Teman itu tergelak

  “Pembicaraan? Mana mungkin kalian membicarakan untuk mengakhiri sesuatu yang tak pernah dimulai?? Kamu sendiri, pernahkah membicarakannya dengan mereka? Tidak, bukan?? Face it, dia itu kamu dalam wujud pria. Kamu tahu persis cara berpikirnya”

Aku tersenyum pahit. Mereka. Ya, mereka. Orang-orang yang pernah singgah, datang dan pergi tanpa ada kata-kata.

  “Siyal!!” umpatku sambil turut tertawa.

Temanku yang satu itu memang benar. Sangat benar. Menghadapinya, aku merasa bagai dihadapkan pada sebuah cermin. Kami begitu serupa. Dia sendiri bahkan pernah berkata, aku seperti dapat membaca pikirannya. Coz if i were in his shoes, niscaya akupun akan melakukan hal yang sama.

  “Is this karma??” aku bertanya, masih di antara tawa.

  “Karma rules”

Well… karma does rule.


39 responses to “What Goes Around, Comes Around

Tinggalkan Balasan ke didut Batalkan balasan